Dari Banjir hingga Branding Kota, Bang Imam Jawab Tantangan Anak Muda Depok

Imam Budi Hartono dan Ririn Farabi A Rafiq

Seratus anak muda Kota Depok berkumpul di Gesa Coffee, Kelurahan Mampang, Kecamatan Pancoran Mas, dengan semangat berdialog bersama Bang Imam. Bahkan, beberapa di antaranya datang jauh-jauh dari Cimanggis untuk turut serta membahas kondisi kota yang menurut banyak orang terasa “begitu-begitu saja.” Acara ini menjadi wadah bagi mereka untuk mendiskusikan tantangan yang dihadapi Depok dan mencari solusi bersama.

Dalam dialog tersebut, Bang Imam membagikan pandangannya tentang cara orang menyikapi suatu masalah. “Ada tiga tipe orang,” katanya, “yang pertama adalah mereka yang tidak tahu tapi mau mencari tahu, yang kedua adalah mereka yang tahu tapi tidak peduli, dan yang terakhir adalah mereka yang tidak tahu dan tidak mau tahu.” Menurutnya, sikap yang berbeda-beda ini turut memengaruhi cara orang memandang Depok.

Bang Imam melanjutkan dengan mengaitkan tipe-tipe tersebut dengan persepsi tentang Depok. “Kalau ada yang bilang Depok itu ‘begitu-begitu saja,’ mungkin mereka tidak tahu situasinya atau tidak peduli untuk mencari tahu. Bisa jadi juga yang bilang seperti itu bukan warga Depok atau mainnya kurang jauh,” ujarnya dengan nada santai, mengundang tawa dari para peserta yang hadir.

Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi games interaktif yang menambah keseruan. Bang Imam dan para peserta harus menjawab beberapa pernyataan dengan benar atau salah, yang memancing diskusi tentang isu-isu seperti banjir di Mampang, kurangnya ruang terbuka hijau, dan penanganan sampah di Depok. Permasalahan yang sering kali dianggap “klasik” ini memicu beragam tanggapan dari para peserta, menciptakan diskusi yang hidup dan penuh antusiasme.

Setelah sesi games, Bang Imam menjelaskan solusi konkret untuk masalah-masalah tersebut. Mengenai banjir di Mampang, ia menegaskan bahwa pemerintah telah melakukan berbagai upaya, seperti meningkatkan ketinggian jembatan dan merencanakan relokasi masjid yang berada di dekat aliran sungai. “Salah satu penyebab utama banjir adalah sampah yang dibuang sembarangan. Bayangkan, ada yang sampai membuang spring bed ke sungai,” kata Bang Imam dengan nada tegas.

Berbicara tentang ruang terbuka hijau, ia menginformasikan bahwa Depok sudah memiliki dua alun-alun di Cilodong dan Sawangan. “Ke depannya, kami akan membangun ecopark di kawasan Cagar Alam, Pancoran Mas,” tambahnya. Terkait masalah sampah, Bang Imam menjelaskan bahwa kota Depok sedang mempersiapkan teknologi pengolahan sampah menjadi RDF (Refuse Derived Fuel) yang nantinya akan dijual ke pabrik semen di Cibinong, sebagai langkah untuk mengurangi volume sampah dan menambah pendapatan daerah.

Diskusi kemudian berkembang ke topik lain yang relevan bagi kaum muda, yaitu citra kota Depok di mata nasional. Menurut Bang Imam, kesan negatif yang sering disematkan pada Depok perlu diubah, dan anak muda memegang peran penting dalam hal ini. Ia mengajak para peserta untuk aktif menyebarkan hal-hal positif tentang kota mereka. “Anak muda harus menjadi ‘buzzer’ untuk kebaikan dan kemajuan Depok,” ujarnya, mendorong generasi muda agar lebih berperan dalam membangun citra positif kota.

Bang Imam menutup acara dengan pesan inspiratif, “Depok perlu di-branding dengan cara yang lebih baik. Ini tugas kita bersama, terutama kalian yang muda dan kreatif, untuk meramaikan narasi positif tentang Depok,” pungkasnya. Para peserta pun meninggalkan Gesa Coffee dengan semangat baru untuk berkontribusi dalam memajukan kota mereka.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp