Pada Kamis malam, 21 November 2024, debat ketiga Pilkada Kota Depok berlangsung di Ballroom Jakarta Global University (JGU), Grand Depok City. Pasangan calon nomor urut 01, Imam Budi Hartono dan Ririn Farabi Arafiq (Imam-Ririn), kembali menunjukkan kesiapan dan komitmen mereka dalam memberikan solusi terbaik bagi Kota Depok, kali ini dengan fokus pada pengelolaan sampah.
Mengawali sesi debat dengan sub-tema relasi kewenangan pemerintah pusat dan daerah, pasangan Imam-Ririn menanggapi dengan mengangkat tantangan pengelolaan sampah yang semakin mendesak. Terkait masalah pengelolaan sampah, pasangan nomor urut 02 mengusulkan penerapan sistem pengolahan sampah berbasis kawasan aglomerasi, seperti pengolahan sampah melalui TPS 3R dan pembangkit listrik tenaga sampah yang akan melibatkan kolaborasi dengan kota-kota tetangga. Mereka menyebutkan bahwa ini akan mengurangi biaya yang terlalu tinggi dan mengandalkan sinergi dengan daerah sekitar.
Namun, pasangan Imam-Ririn memberikan jawaban yang lebih terperinci dan realistis. Imam Budi Hartono yang pernah menjadi Ketua Pansus Pengelolaan Sampah, menjelaskan bahwa mereka sudah merancang pembangunan pabrik sampah di TPA Cipayung dengan kapasitas 300 ton per hari. Pabrik ini akan mengubah sampah menjadi RDF (Refuse Derived Fuel), yang kemudian akan dibeli oleh pabrik semen di Cibinong. Selain itu, Imam-Ririn juga berkomitmen untuk mempercepat pengoperasian Lulut Nambo di Jawa Barat agar sampah Kota Depok dapat dikelola lebih efektif dalam konteks aglomerasi regional.
Imam-Ririn juga menegaskan bahwa pengelolaan sampah tidak bisa hanya mengandalkan teori, tetapi perlu aksi nyata. Mereka akan terus mendorong provinsi untuk segera mewujudkan fasilitas pembuangan dan pengolahan sampah yang lebih baik dan lebih besar kapasitasnya. Dengan strategi tersebut, Kota Depok bisa mengurangi beban sampah, sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan dan mengurangi dampak negatif dari sampah.
Sementara itu, pasangan 02, yang juga mengusulkan solusi serupa, tampak lebih mengedepankan konsep aglomerasi sebagai “berkah” tanpa memberikan rincian lebih lanjut mengenai implementasinya di tingkat daerah. Pasangan Imam-Ririn menanggapi dengan lebih optimis dan realistis, menyebutkan bahwa solusi yang mereka tawarkan sudah memiliki landasan yang jelas dan dapat dijalankan segera. Mereka menghindari ketergantungan pada solusi yang masih berpotensi berdampak negatif pada lingkungan.
Imam-Ririn juga menjelaskan bahwa meskipun aglomerasi bisa menjadi kesempatan untuk memperkuat koordinasi antar daerah, pengelolaan sampah harus tetap menjadi prioritas utama yang harus dijalankan dengan prinsip keberlanjutan. Program pengelolaan sampah yang mereka tawarkan akan langsung berdampak pada kualitas hidup warga Depok, mulai dari pengolahan di hulu dengan sistem 3R, hingga pembangunan infrastruktur yang ramah lingkungan.
Dengan pemaparan yang lebih komprehensif dan terencana, pasangan Imam-Ririn menunjukkan keunggulannya dalam menawarkan solusi konkret terhadap permasalahan pengelolaan sampah di Kota Depok. Mereka siap menjalankan visi mereka untuk menciptakan Kota Depok yang lebih bersih, lebih hijau, dan lebih berkelanjutan, menjawab kebutuhan masyarakat dengan lebih baik.